Cacing Raksasa Kepercayaan Eropa Utara

Cacing Raksasa Kepercayaan Eropa Utara

sumedangekspres – Mitologi Nordik merupakan kepercayaan masyarakat Eropa Utara (negara Denmark, Norwegia, Islandia, dan Swedia) sebelum kedatangan agama Kristen. Kepercayaan dan legenda ini menyebar ke negara-negara Eropa Utara lain, termasuk Islandia yang memiliki sumber-sumber mitologi tersebut.

Mitologi tersebut merupakan kumpulan dari kepercayaan kuno orang-orang Eropa Utara yang berisi kisah-kisah tentang makhluk supernatural, kosmologi, dan mitos-mitos lainnya yang ditulis berbentuk puisi atau prosa dan terangkum dalam Edda. Mitologi tersebut ditulis sebelum dan setelah kedatangan agama Kristen di Eropa Utara.

Dalam cerita rakyat Skandinavia, mitologi tersebut masih bertahan, dan di daerah pedesaan, tradisi kuno tersebut masih tampak sampai sekarang. Mitologi tersebut juga memberi pengaruh dan inspirasi dalam kesusastraan zaman sekarang.

Baca Juga:HP OPPO Reno8 T 5G Keluaran Terbaru Maret 2023Tekan Stunting Dengan Dapur Sehat

Menurut mitologi Nordik, Ada tiga golongan makhluk yang lebih berkuasa daripada manusia, yaitu: Æsir, Vanir, dan Jotun. Æsir dan Vanir merupakan golongan yang sangat dekat, karena merupakan golongan para Dewa. Æsir dan Vanir bersama-sama menciptakan alam semesta, mengatur kehidupan manusia, meskipun mereka pernah bertarung dengan sesama.

Musuh para Æsir dan Vanir adalah para Jotun atau raksasa (bahasa Inggris kuno: Eontenas atau Entas). Mereka mirip dengan para Titan dan Gigantes dalam mitologi Yunani. Kata Jotun sering diterjemahkan sebagai raksasa, meskipun kata Troll atau setan lebih cocok.

Para Jotun atau raksasa tidak selamanya jahat. Æsir sebagai golongan para Dewa berselisih dengan Jotun, meskipun para Dewa dan Jotun pernah menjalin hubungan dan saling menikah, seperti Thor menikah dengan Járnsaxa; Odin bersaudara dengan Loki; Hel (setengah Dewi setengah raksasa) bersaudara dengan Loki.

Dalam mitologi, Jotun wanita biasanya tidak jahat (seperti dalam kisah, Grid membantu Thor) dan menikahi golongan Dewa (seperti dalam kisah, Thor menikahi Járnsaxa).

Selain Dewa dan raksasa, mitologi Nordik juga menyebutkan adanya monster seperti Jörmungandr (Si ular laut) dan Fenrir (srigala raksasa) yang dapat ditemukan di sekitar Midgard. Dua monster tersebut dikatakan sebagai anak buah Loki, dewa pencari masalah, seorang keturunan Jotun.

Cacing Raksasa sepanjang 1.8 meter ditemukan di di Desa Blang Pante, Kecamatan Paya Bakong Aceh Utara, Selasa (24/4/2012). (PROHABA/IBRAHIM ACHMAD)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Riftia pachyptila, yang umum dikenal sebagai cacing tabung raksasa, adalah sebuah hewan invertebrata laut yang berada pada filum Annelida (sebelumnya dikelompokkan pada filum Pogonophora dan Vestimentifera).[1] R. pachyptila menjadi satu-satunya anggota pada genus Riftia.[2] Cacing ini berkerabat dengan cacing tabung yang umum ditemukan di zona pelagik dan zona intertidal. Selain itu, cacing ini dapat ditemukan pada dasar Samudera Pasifik didekat ventilasi hidrotermal. Ventilasi tersebut memberi suhu sekeliling alami di lingkungannya, yang berkisar antara 2 hingga 30 °C.[3] Cacing tabung raksasa dapat mentolerir tingkat hidrogen sulfida tinggi, dan dapat tumbuh hingga 3 meter panjangnya,[4] dengan diameter tabung 4 cm.

Nama umumnya, "cacing tabung raksasa", juga merujuk kepada spesies terbesar hidup dari cacing kapal, Kuphus polythalamius, yang sebenarnya merupakan sebuah moluska bivalvia.

Cacing ini mendapat nutrisi melalui simbiosis kemoautotrof dengan koloni bakteri yang mereka simpan dalam tubuhnya.

“Selama serangkaian ekspedisi ke Sirius Passet yang sangat terpencil di wilayah terjauh Greenland Utara, lebih dari 82,5 derajat utara, kami telah mengumpulkan beragam organisme baru yang menarik,” kata Tae-Yoon Park dari Korea Polar Research Institute, yang juga terlibat dalam penelitian, dalam sebuah pernyataan.

Berhasilnya pelestarian yang luar biasa di Sirius Passet memberikan para peneliti akses ke detail anatomi yang sangat menarik, termasuk sistem pencernaan, anatomi otot, dan sistem saraf Timorebestia. Tae-Yoon mengungkapkan bahwa fosil-fosil tersebut membuka jendela baru untuk memahami struktur tubuh cacing raksasa ini. Informasi ini mencakup aspek-aspek penting seperti bagaimana sistem pencernaan mereka bekerja, struktur otot yang mendukung kehidupan mereka, dan kompleksitas sistem saraf yang memungkinkan mereka berfungsi sebagai predator purba.

Meskipun kerabat modern Timorebestia hidup di bagian bawah rantai makanan, memakan zooplankton dan ikan kecil, peran Timorebestia sebagai ‘binatang teror’ jauh lebih dominan dalam ekosistem sekitarnya. Temuan ini memperlihatkan bahwa Timorebestia memiliki dampak yang signifikan dalam mengatur populasi hewan laut lainnya pada masa itu. Analisis fosil juga menunjukkan adanya sisa-sisa arthropoda berenang yang lebih besar dalam sistem pencernaan Timorebestia, mengungkapkan hubungan dan interaksi yang kompleks antara predator dan mangsa dalam ekosistem laut purba.

Seorang nelayan di Taiwan menemukan seekor cacing hijau raksasa dengan tali merah muda yang terjuntai keluar dari kepalanya. Hasil rekaman temuannya ini membuat heboh dunia maya.

Setelah diteliti oleh ahli invertebrata dari Smithsonian’s Natural Histroy Museum, cacing itu berhasil diidentifikasi sebagai Lineus fuscoviridis, salah satu spesies cacing pita yang berhabitat di perairan tropis.

Cacing dalam kelompok Lineus ini dikenal dengan ukurannya yang besar hingga bisa mencapai dua meter. Mereka tinggal di laut dalam, sehingga dijuluki sebagai the devil worm.

Dalam video yang menampilkan rupa cacing Lineus di atas, terlihat organ tubuh berwarna merah muda yang menjuntai keluar dari tubuh si cacing. Organ mirip lidah itu berfungsi untuk menangkap mangsa. Tak jarang cacing itu meracuni mangsanya terlebih dulu untuk memudahkannya menyantapnya.

Antara Gajah, Hutan, dan Kehidupan yang Perlu Diselamatkan

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Samuel Febriyanto

TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria Islandia mengaku berhasil merekam penampakan seekor cacing raksasa, yang disebut-sebut sebagai binatang legenda rakyat Islandia, Lagarfljots.

Hjortur Kjerulf, pria itu, mengatakan dirinya mengabadikan penampakan Lagarfljots, di sungai Jokulsa i Fljotsdal, Islandia, pekan lalu. Kala itu Hjortur yang tengah menyorotkan kamera videonya dari ketinggian.

Ia melihat sosok binatang menyerupai cacing dalam ukuran besar tengah merayap melewati bongkahan es yang menutupi sungai Jokulsa i Fljotsdal. Cacing itu nampak berenang meliak-liuk, menuju Danau Lagarfljot.

Namun, sejumlah pakar telematika yang mengomentari rekaman video Hjortur, mengatakan kemungkinan objek yang direkam oleh Hjortur merupakan jaring tua yang menjadi beku di sungai, sehingga tampak seperti ular berenang.

Legenda Lagarfljots, adalah cerita rakyat yang berkembang di antara rakyat Islandia secara turun menurun sejak tahun 1345. Legenda itu menceritakan Lagrlojots, awalnya merupakan cacing biasa.

Namun cacing itu akhirnya berevolusi menjadi cacing raksasa setelah, dilemparkan ke dalam sebuah danau oleh seorang wanita yang marah ketika gagal untuk membuat cincin emasnya bertambah

Cacing itu bertumbuh menjadi cacing raksasa, setelah terpengaruh cincin emas wanita itu yang dilemparkan bersama-sama dengannya.